“Jadi akhirnya tergantung diri sendiri, kalau sejak awal masuk partai dan politik itu niatnya korupsi, ya jadinya jelek," kata Hasto Kristiyanto di Bandung, Jawa Barat, Jumat.
Baca juga: Hasto nilai sistem proporsional terbuka reduksi skor "party-id"
Hasto mengatakan pihaknya pun membangun penangkal stigma itu dengan membangun sistem yang baik, hal itu karena memahami sisi gelap politik yang rentan dengan korupsi.
Misal, kata dia di internal PDIP, pemilihan pimpinan DPC dan DPD partai tak lagi dengan sistem voting, tetapi memakai musyawarah dan mufakat, dengan didasari metode sains seperti psikotes.
“Artinya tergantung diri sendiri, kalau mau masuk lingkungan tidak punya tekad kuat menebar kebaikan, ya hasilnya tidak ada kebaikan. Kebaikan dibangun dengan sistem, tata nilai, pendidikan, disiplin. Itu yang kami lakukan sehingga mereka yang berstatus tersangka, korupsi, menerima sanksi yang tegas dari partai,” katanya.
Hasto mengatakan kunci lainnya terjun ke ranah politik dan tidak jatuh pada stigma tersebut tentunya dengan memiliki semangat juang, ide bagi masa depan, serta kemauan menggembleng diri.
“Kalau tidak berjuang, ya tidak akan jadi apa-apa. Tapi jadi apa-apa itu bukan harus jadi pejabat,” kata Hasto.
Kemudian, Hasto menjelaskan ciri anak muda mestinya sosok yang memiliki ide, imajinasi, mimpi bagi masa depan, semangat juang, dan idealisme.
"Itu ciri-ciri anak muda dan saya harapkan anda semua mulai hari ini beranilah bermimpi terhadap masa depan dan wujudkan lah dengan perjuangan,” ujarnya.
Hasto juga menyampaikan sisi gelap dalam politik tentunya ada, namun tak harus jadi penghambat bagi para anak muda untuk mau terjun ke dalam dunia politik yang kerap dianggap kotor.
Hal itu mengemuka dalam acara Ngobrol Sareng (Ngobras) Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto di kantor DPC Kota Bandung pada Jumat (27/1/2023) sore.
Awalnya, seorang anak muda peserta acara bernama Rifki menyampaikan unek-uneknya. Dirinya berniat terjun ke politik, namun merasa sedikit malu karena dunia politik dianggap adalah dunia yang kotor.
Merespons itu, Hasto mengaku dahulu dirinya juga punya ketakutan yang sama. Tapi Hasto tak mau berhenti pada stigma politik itu kotor.
Karena, dia juga berpikir mengapa seorang Bung Karno bersedia terjun ke politik walau sebenarnya bisa hidup enak dan nyaman dengan gelar insinyur-nya di zaman pra kemerdekaan. Hal itu sebab ada sebuah cita-cita besar untuk rakyat yang diperjuangkan.
Baca juga: Hasto: Bandung tempat kontemplasi ideologis terpenting Bung Karno
Baca juga: Iluni UI dan mahasiswa SKSG UI menelisik ketahanan parpol
Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2023